Padakunjungan dari kegiatan Karya wisata kali ini kami mendapat berbagai informasi mengenai Bali. Dari kebudayaannya yang sangat beragam, Adat istiadat, Sistem religi, sistem teghnologi, Pendidikan, Kesenian, serta objek – objek yang ada di Bali. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman yang didapat selama kegiatan Karya Wisata berlangsung.
JAKARTA - Sektor pariwisata menjadi salah satu program prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada 2019, pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara wisman mencapai 20 juta dari tahun lalu yang sebesar 10,41 juta. Dosen Program Magister Manajemen Universitas Bunda Mulia UBM Ratlan Pardede mengatakan, target 20 juta wisman merupakan target yang realistis dan bisa dicapai. Asalkan, pemerintah dapat terus meningkatkan keunggulan dan memperbaiki kelemahan daya saing sektor pariwisata Indonesia. Ratlan mengatakan, ada beberapa hal yang paling bisa diunggulkan Indonesia. Pertama adalah mengenai daya saing harga. Berdasarkan laporan dari Travel and Tourism Competitiveness Index oleh World Economic Forum WEF 2015, Ratlan mengatakan Indonesia menempati peringkat ketiga dalam hal daya saing harga. "Biaya pariwisata di Indonesia jauh lebih murah dari Singapura atau pun Thailand. Kalau bisa dipertahankan, ini akan menjadi daya tarik tersendiri," kata Ratlan, Senin 11/4. Selain daya saing harga, faktor lain yang bisa diunggulkan Indonesia tentunya adalah sumber daya alam yang menempati peringkat 19. Di Asean, Indonesia hanya kalah dari Thailand yang bertengger di peringkat 16. "Faktor sumber daya alam kita peringkatnya tinggi. Namun, karena tidak dimaksimalkan, peringkat pariwisata kita secara keseluruhan di Asean, masih kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand," ucap Ratlan. Ratlan mengungkapkan, salah satu faktor terburuk dalam sektor pariwisata Indonesia adalah mengenai kebersihan dan kesehatan. Indonesia menempati peringkat 109 dari 141 negara yang disurvei oleh WEF. Dia mengatakan, buruknya faktor kebersihan dan kesehatan ini bisa dijumpai di berbagai destinasi wisata di Tanah Air. Masalahnya bahkan sebenarnya sepele. Yakni tidak memadainya fasilitas seperti toilet. "Kalau kita ke Bunaken atau Danau Toba, toilet disana tidak bagus," ujarnya. Selain masalah kebersihan dan kesehatan, kelemahan daya saing pariwisata Indonesia adalah faktor infrastruktur. Ratlan menyebut keterbatasan infrastruktur memang masalah utama Indonesia yang juga menjadi penghambat pada sektor-sektor lainnya. "Semoga pemerintah terus berkomitmen memperbaiki infrastruktur di sektor pariwisata dan juga lainnya," ujarnya.

FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengunjun g Dalam Memilih Hotel. Yusrin Laila Sany¹, Agustinus Nur Arief Hapsor o, S.T., M. T². Prodi S1

Tourism atau perjalanan wisata memiliki bentuk dan tujuan yang beragam. Lantas, apa saja jenis-jenis pariwisata yang ada saat ini? Istilah pariwisata tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kondisi alam yang indah dan kebudayaan yang kaya telah menjadi salah satu negara tujuan wisata terbesar di dunia. Namun mungkin masih banyak di antara kita yang belum mengetahui klasifikasi dan jenis-jenis pariwisata itu sendiri. Berikut ini Batam Tourism Polytechnic merangkum klasifikasi dan jenis-jenis pariwisata yang perlu kamu ketahui. Klasifikasi pariwisata dapat dilihat berdasarkan kriteria pembeda yang dipilih. Misalnya, berdasarkan teritori, pariwisata bisa dibedakan menjadi pariwisata domestik dan mancanegara. Selain itu, pariwisata juga bisa diklasifikasikan berdasarkan tujuan seperti berikut Pariwisata Kognitif Pariwisata kognitif adalah perjalanan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari sesuatu baik itu budaya, adat istiadat, gaya hidup, maupun kondisi wilayah daerah tujuan wisata. Wisata pendidikan masuk ke dalam pariwisata kognitif karena kegiatan pariwisata yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tertentu. Pariwisata Pilgrim Wisata pilgrim berkaitan erat dengan kegiatan keagamaan. Di Indonesia kita mengenal istilah wisata ziarah. Di luar negeri, kita juga mengetahui tren mengunjungi tempat ibadah besar atau pusat keagamaan untuk kebutuhan spiritual. Pariwisata Bisnis Pariwisata bisnis merupakan perjalanan wisata yang dilakukan sekaligus bersamaan dengan kegiatan-kegiatan bisnis. Misalnya, seorang profesional perlu melakukan pekerjaan di suatu daerah. Biasanya perjalanan bisnis ini dilakukan dalam jangka waktu cukup lama sehingga digabungkan dengan kegiatan wisata. Jenis-Jenis Pariwisata Ada banyak jenis pariwisata dan jenis-jenis ini terus bertambah seiring perkembangan tren wisata. Berikut ini beberapa jenis-jenis pariwisata yang sering dilakukan Pariwisata Etnik Pariwisata etnik atau ethnic tourism merupakan perjalanan wisata yang bertujuan untuk mengamati kebudayaan dan gaya hidup masyarakat di daerah tujuan wisata. Selain untuk hiburan, pariwisata etnik biasanya dilakukan untuk kepentingan studi atau penelitian. Wisatawan tidak hanya datang dan berkunjung untuk melihat-lihat tapi juga ikut tinggal bersama masyarakat setempat untuk mempelajari budaya dan gaya hidup mereka. Pariwisata Budaya Hampir sama dengan pariwisata etnik, pariwisata budaya atau culture tourism bertujuan untuk mempelajari kebudayaan masyarakat di daerah tujuan wisata pada rentang waktu tertentu. Yang membedakan wisata budaya dengan wisata etnik, pada wisata budaya wisatawan tidak harus tinggal bersama masyarakat. Wisata ini bisa dilakukan dengan cara mengamati serta mengunjungi berbagai museum dan situs-situs sejarah, sehingga wisatawan mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai kebudayaan masyarakat daerah tersebut. Jenis-jenis Pariwisata Rekreasi Sesuai dengan namanya, pariwisata rekreasi adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan rekreasional. Pariwisata rekreasi cocok dilakukan bersama keluarga atau kelompok. Kegiatan ini bisa dilakukan di berbagai tempat seperti hutan, atau yang paling sering adalah di taman hiburan tempat banyak wahana permainan tersedia. Pariwisata Alam Pariwisata alam atau eco tourism akhir-akhir ini menuai ketenaran. Berkat tayangan-tayangan wisata jelajah alam, banyak anak muda yang kemudian tertarik mengunjungi lokasi-lokasi yang masih alami dan belum tercemar. Tujuan dari wisata alam adalah untuk mengagumi keindahan alam yang masih murni sekaligus untuk mengambil jeda sejenak dari beraneka macam kebisingan dan kesibukan perkotaan. Sering kali, wisatawan juga terlibat dalam kegiatan konservasi alam. Pariwisata Kota Berkebalikan dari wisata alam, wisata kota atau city tourism dilakukan dengan tujuan untuk mengenal seluk-beluk perkotaan lengkap dengan hingar bingar kebudayaannya. Wisata kota biasanya dikaitkan dengan kunjungan-kunjungan ke berbagai landmark kota, juga berbagai tempat perbelanjaan dan hiburan baik siang maupun malam. Jenis-jenis Pariwisata Agro Wisata Agro tourism dikenal juga sebagai rural tourism atau farm tourism merupakan jenis pariwisata yang mulai menuai kepopuleran. Biasanya, agro wisata dilakukan di desa-desa dengan tujuan untuk mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, atau peternakan di daerah tersebut. Wisatawan bisa turut terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan dengan cara memberi makan binatang ternak, memetik hasil pertanian, sampai ikut mengolah hasil panen menjadi oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Agro wisata cocok dilakukan bersama keluarga terutama untuk memberikan edukasi kepada anak mengenai kegiatan pertanian. Wisata Maritim Wisata maritim atau wisata bahari berkaitan erat dengan kegiatan di laut. Kegiatan yang bisa dilakukan dalam wisata bahari termasuk memancing, berenang di laut, menyelam, berlayar, berselancar, sampai ikut terlibat dalam konservasi laut, seperti menanam terumbu karang. Itu tadi klasifikasi dan jenis-jenis pariwisata yang kami rangkum. Di luar itu, masih banyak jenis-jenis pariwisata lain karena industri pariwisata terus berkembang dan melahirkan istilah-istilah baru. Kalau kamu tertarik pada dunia pariwisata dan ingin melanjutkan pendidikan tinggi di bidang pariwisata, yuk bergabung dengan keluarga besar Batam Polytechnic! Kunjungi website BTP dan lakukan pendaftaran dengan klik di sini! SistematikaPenulisan Laporan Kunjungan Wisata. Dalam penulisan laporan kunjungan wisata terdapat aturan baku yang harus ditaati agar laporan study tour yang dibuat sesuai dengan standar yang telah ada, mudah dibaca, mudah dipahami, dan dapat dipertanggung jawabkan. 1. Nama Kegiatan sebagai Judul Laporan Kunjungan Wisata.
Dampak Pariwisata terhadap EkonomiDampak langsungTidak langsungInduced Komponen Kontribusi dari Kegiatan PariwisataDampak Pariwisata terhadap Sosial BudayaDampak Pariwisata Terhadap Lingkungan AlamMenipisnya sumber daya alamPolusiDampak fisik pariwisataReferensi Sebagai salah satu motor pembangunan suatu negara, pariwisata saat ini sudah semakin diandalkan dan dijadikan sebagai alternatif sumber pendapatan negara-negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Namun yang harus dipahami, pembagunan pariwisata tidak boleh dilakukan secara sporadis dan tidak terencana dengan baik. Oleh karena itu, semua insan dan para pemangku kepentingan pariwisata harus memahami terlebih dahulu bagaimana dampak pariwisata terhadap pembangunan suatu destinasi pariwisata atau suatu negara. Definisi dari dampak pariwisata adalah pengaruh kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh para pelakuknya wisatawan, bisnis, pemerintah, msyarakat yang dapat memberikan akibat terhadap kelangsungan ekonomi, sosial dan lingkungan alam. Oleh karena itu, dalam buku saya yang berjudul Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital, pada dasarnya dampak dari kegiatan pariwisata dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu dampak terhadap ekonomi, sosial budaya dan lingkungan alam. Berikut adalah penjelasan mengani tiga dampak pariwisata terhadap destinasi pariwisata. Menurut World Travel & Tourism Council 2012, kegiatan pariwisata memiliki dampak langsung, tidak langsung dan induced terhadap ekonomi lokal, tetapi bentuk dampaknya dapat berbeda-beda diberbagai destinasi atau negara-negara. Dampak langsung Dampak ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto PDB yang dihasilkan dari kegiatan yang secara langsung terkait dengan kegiatan pariwisata seperti hotel, agen perjalanan, maskapai penerbangan dan tur operator atau restoran dan kegiatan lainnya yang diperuntukkan untuk memfasilitasi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Steck 2010 mengungkapkan enam saluran yang dapat menciptakan dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata Lapangan pekerjaan kegiatan pariwisata menghasilkan lapangan pekerjaan melalui berbagai jalan seperti pegawai hotel, agen perjalanan, koki, dll. Penyediaan Barang & Jasa perusahaan lokal atau nasional dapat menyediakan barang dan jasa untuk bisnis pariwisata, seperti makan/minum atau furnitur, namun barang-barang ini juga dapat diimpor jika ketentuan lokal tidak memenuhi permintaan baik dalam hal biaya, kualitas atau kuantitas. Penjualan Langsung Barang & Jasa pengecer ritel di destinasi wisata dapat menjual produk wisata dan layanan mereka langsung ke wisatawan seperti suvenir atau makanan, langsung dapat mengambil keuntungan secara moneter dari kegiatan wisata tersebut. Pendirian Bisnis Pariwisata tingkat kegiatan pariwisata yang tinggi atau meningkat dapat mengarah pada pembentukan bisnis pariwisata baru, menciptakan peluang kerja baru, dll. Sumber Pajak & Pungutan bisnis pariwisata berkontribusi terhadap pendapatan nasional melalui pajak, sementara pengunjung dapat dikenakan pajak secara langsung, seperti melalui visa atau pajak penambahan nilai PPN, dll. Investasi dalam Infrastruktur karena sektor pariwisata dapat meningkatkan kebutuhan pada infrastruktur yang pada gilirannya mendorong investasi dalam infrastruktur baik oleh pelaku swasta maupun oleh sektor publik. Tidak langsung Dampak yang timbul karena kegiatan yang dilakukan oleh industri di sektor pariwisata. Menurut Lemma 2014 dampak ini terbagi ke dalam tiga hal Modal Investasi Pariwisata Termasuk investasi modal dalam semua sektor yang terlibat langsung dalam industri pariwisata serta pengeluaran oleh bisnis di sektor lain pada aset pariwisata seperti transportasi atau akomodasi. Pengeluaran Pemerintah untuk Pariwisata Pengeluaran pemerintah untuk mendukung sektor pariwisata yang dapat mencakup belanja nasional dan lokal. Kegiatan ini meliputi promosi pariwisata, layanan pengunjung, administrasi dll. Efek Rantai Pasokan Ini mewakili pembelian barang dan jasa domestik, sebagai input untuk produksi output akhir mereka oleh bisnis dalam sektor pariwisata. Induced Mewakili kontribusi pariwisata yang lebih luas melalui pengeluaran-pengeluaran yang secara langsung atau tidak langsung dipekerjakan oleh sektor pariwisata, seperti pengeluaran atau belanja karyawan restoran, karyawan hotel, dll. Selanjutnya WTTC 2012 mengungkapkan mengenai komponen-komponen yang terkait dengan dampak kegiatan pariwisata baik secara langsung, tidak langsung maupun induced dalam tabel berikut Komponen Kontribusi dari Kegiatan Pariwisata Kontribusi Langsung Industri Jasa Akomodasi Jasa Makan dan Minum Ritel Jasa Transportasi Jasa Daya Tarik Wisata budaya, olahraga, rekreasional Komoditi Akomodasi Transportasi Hiburan Daya tarik/Atraksi Sumber Belanja Belanja Penduduk Lokal Belanja Bisnis Perjalanan Domestik Pengunjung Belanja Individual Pegawai Negeri dan Transportasi Kontribusi Tidak Langsung Belanja Investasi Bisnis Pariwisata Belanja Kolektif Pemerintah dalam pariwisata Dampak Pembelian dari Pemasok Kontribusi Induced belanja dari pekerja langsung maupun tidak langsung Makan dan Minum Rekreasi Busana Perumahan Barang Rumah Tangga Dampak Pariwisata terhadap Sosial Budaya Cohen 1984 mengungkapkan dampak kegiatan pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat berikut ini Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya Interaksi masyarakat setempat dengan pengunjung yang datang, khususnya dari sisi perubahan moral/tata nilai, seperti dengan datangnya orang yang mempunyai perilaku berbeda dapat menyebabkan percampuran tata nilai di destinasi pariwisata. Dampak pariwisata pada tata nilai di destinasi pariwisata biasanya lebih besar disebabkan karena pengaruh pengunjung yang diduga karena sifat pengunjung yang “terlalu bebas” dalam berperilaku di destinasi pariwisata. Pergeseran tata nilai ini dapat terjadi menjadi beberapa bentuk, seperti efek peniruan, marginalisasi dan komodifikasi budaya. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat Berkembangnya kepariwisataan di suatu tempat akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan, bahkan di bidang yang sama, memungkinkan akan menimbulkan kompetisi diantara anggota masyarakat. Pariwisata juga berdampak pada perubahan perilaku, struktur sosial serta perubahan gaya hidup. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial Kemajuan pariwisata diikuti dengan munculnya organisasi-organisasi atau kelembagaan sosial untuk mengorganisir kegiatan pariwisata yang ada. Organisasi atau kelembagaan tersebut bisa dari berbagai sektor atau bidang seperti Pemasaran, Perhubungan, Akomodasi, Daya Tarik atau Atraksi Wisata, Tour Operator, Pendukung, dll. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata Meningkatnya aktivitas pariwisata di suatu destinasi memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis pariwisata dan memberikan pelayanan yang diperlukan pengunjung. Sebagian dari mereka bisa berasal dari penduduk lokal atau tenaga kerja dari daerah lain. Hal ini tidak hanya meningkatnya jumlah populasi atau kepadatan penduduk di destinasi. Tetapi lambat-laun akan menimbulkan masalah sosial yang beragam, mulai dari yang ringan seperti meningkatnya stress, kemacetan, dan lain-lain, sampai ke masalah kejahatan seperti perampokan dan tindakan kriminal lainnya. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat Disamping dampak pariwisata terhadap tata nilai dan bagaimana masyarakat berpikir, pariwisata juga menyebabkan masalah untuk masyarakat lokal yang mempengaruhi bagaimana masyarakat bertindak dalam kehidupan sehari-harinya seperti kepadatan manusia pada suatu waktu tertentu, kemacetan lalu-lintas, penggunaan infrastruktur berlebihan, kehilangan kegunaan dan manfaat tanah bagi kehidupan sosial, kehilangan usaha lain, polusi disain arsitektur, kejahatan terhadap wisatawan atau oleh wisatawan, dan lain-lain. Dampak terhadap pola pembagian kerja Beberapa daerah yang umumnya memiliki sumber mata pencaharian sebagian besar berasal dari sector pertanian segera mengalami tantangan, yaitu dengan terjadinya pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Beberapa jenis pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus di sektor pariwisata, seperti tukang kebun, cleaning service, housekeeping dan sejenisnya dapat menarik minat para pekerja di sektor pertanian untuk beralih ke sektor pariwisata tersebut. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial Kegiatan pariwisata di suatu destinasi dapat mengakibatkan diferensiasi struktur sosial, modernisasi keluarga, dan dapat memperluas wawasan dan cara pandang masyarakat terhadap dunia luar. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial munculnya sikap mental yang berorientasi konsumtif menimbulkan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma yang ada patologi sosial seperti prostitusi, penggunaan dan perdagangan obat terlarang, ketergantungan alkohol, kejahatan, dan perilaku menyimpang lainnya. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat Interaksi yang terjadi antara penduduk lokal dengan pengunjung dapat merubah nilai-nilai kesenian dan adat istiadat seperti semakin suburnya kesenian tradisional seperti tari, seni lukis, putang dan lain sebagainya. Tidak hanya kesenian, tetapi juga dapat mendorong munculnya grup atau kelompok masyarakat yang berkonsentrasi dalam mengembangkan kebudayaan tradisionalnya. Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan Alam Menurut United Nations Environment Programme UNEP, terdapat tiga dampak utama dari kegiatan pariwisata terhadap lingkungan yaitu menipisnya sumberdaya alam, polusi dan dampak fisik pariwisata. Menipisnya sumber daya alam Kegiatan pariwisata sangat membutuhkan sumberdaya alam yang mungkin sudah sangat langka seperti penggunaan sumberdaya air, hutan, energi, makanan, material, dan sumber daya lainnya. Contohnya penggunaan air yang berlebihan oleh bisnis pariwisata seperti untuk penggunaan pengunjung, kolam renang, pemeliharaan kebun dll. Di daerah kering, penggunaan air sangat memprihatinkan terutama karena pengunjung cenderung mengonsumsi dua kali lebih banyak air pada hari libur seperti yang mereka lakukan di rumah 440 liter terhadap 220 liter, sementara jumlah air yang digunakan untuk lapangan golf dalam setahun setara dengan penggunaannya oleh penduduk desa UNEP, 2014. Contoh lain, tekanan pada sumber daya seperti energi, makanan, dan bahan mentah dapat meningkat karena kegiatan pariwisata. Penggunaan yang meningkat dapat mempengaruhi dampaknya pada populasi lokal, terutama di musim puncak ketika permintaan untuk sumber daya lebih tinggi. Pariwisata juga dapat berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati UNEP, 2011. Polusi Pariwisata dapat berkontribusi pada polusi dengan cara yang sama seperti banyak sektor ekonomi lainnya yaitu melalui polusi udara, limbah padat, dan limbah cair. Berikut beberapa dampak polusi dari kegiatan pariwisata menurut Lemma 2014 Polusi Udara & Kebisingan Meningkatnya jumlah pengunjung menjadikan sektor ini menjadi sumber emisi yang semakin penting. UNWTO 2008 telah melakukan analisis dampak pariwisata terhadap emisi karbon berdasarkan data tahun 2005, sektor pariwisata secara global menyumbang hampir 5% dari total emisi karbon. Sampah & Limbah Padat Pengelolaan limbah merupakan tantangan yang semakin meningkat dalam sektor pariwisata, misalnya, wisatawan Eropa dapat membuat hingga 1 kg limbah padat per hari, sementara wisatawan dari AS dapat membuat hingga 2 kg limbah padat per hari UNEP, 2011. Kapal pesiar yang beroperasi di Karibia diperkirakan menghasilkan sekitar ton limbah padat per tahun Sunlu, 2003 yang dapat meningkatkan dan merusak perairan pesisir dan kehidupan laut di dalamnya. Pembuangan Limbah Pengelolaan air limbah juga menjadi isu penting dalam sektor ini terutama di mana hotel membuang air limbah yang tidak diolah langsung ke laut UNEP, 2011 atau ke badan air lainnya. Polusi estetika Polusi estetika terjadi ketika kegiatan pariwisata gagal mengintegrasikan bangunan dan infrastruktur menjadi fitur alami dan fitur arsitektur lokal yang ada, oleh sebab itu fitur yang dikembangkan oleh kegiatan pariwisata mungkin tidak dianggap kompatibel dengan lingkungan alam dan arsitektur budaya yang ada. Dampak fisik pariwisata Dampak yang terjadi dari aktivitas pengunjung dan bisnis pariwisata terhadap lingkungan fisik. Pembangunan infrastruktur pariwisata termasuk fasilitas seperti hotel, restoran dan fasilitas rekreasi dapat menyebabkan degradasi lahan yaitu erosi tanah dan hilangnya habitat keanekaragaman hayati dan satwa liar. Pengembangan dalam taman nasional Yosemite di SUA telah menyebabkan dampak negatif pada satwa liar setempat dan peningkatan polusi udara dan kebisingan. Pariwisata juga dapat menyebabkan peningkatan deforestasi, sementara pengembangan di daerah laut dapat menyebabkan perubahan garis pantai dan arus, yang secara negatif mempengaruhi flora dan fauna lokal UNEP, 2014. Kegiatan pariwisata juga dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Contoh kegiatan tersebut seperti kerusakan yang diakibatkan dari injakan pendaki pada jalur pendakian di mana pendaki menyebabkan kerusakan pada vegetasi dan tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak lain seperti dari kegiatan kelautan penangkaran kapal, olahraga memancing dan scuba diving dapat merusak integritas lingkungan di kawasan pariwisata Sunlu, 2003. Interaksi dengan satwa liar setempat juga dapat meningkatkan stres terhadap satwa liar setempat serta degradasi lahan yaitu dengan menggunakan truk safari untuk melacak satwa liar UNEP, 2014. Referensi Cohen, Erik. 1984. The Sociology of Tourism Approaches, Issues and Findings. Annual Review of Sociology. Jerusalem Department of Sociology Hebrew University of Jerusalem Hidayah, Nurdin. 2021. Pemasaran Destinasi Pariwisata berkelanjutan di Era Digital Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Jakarta Kreasi Cendekia Pustaka Lemma, 2014. Tourism Impacts Evidence of Impacts on employment, gender, income. EPS-PEAKS, Overseas Development Institute Steck, B. 2010. Tourism More Value for Zanzibar SNV, Februari 2010 UNEP. 2011. Tourism Investing in Energy and Resource Efficiency, Part of the 2011 UNEP Green Economy Report. UNEP 2011 UNEP. 2014. Tourism’s Three Main Impact Areas dalam UNWTO. 2008. Climate Change & Tourism Responding to Global Challenges. UNWTO 2008 WTTC. 2012. Methodology for Producing the 2012 WTTC Oxford Economics Travel & Tourism Economic Impact Research. WTTC 2012
PengertianWisata Kuliner. Arti wisata kuliner secara umum adalah jalan-jalan yang berfungsi untuk makan. Walau konteks wisata kuliner memunculkan beberapa pro dan kontra sebab peggunaan kata wisata yang dipakai bersamaan dengan kata kuliner tak lebih cocok, bagi beberapa pihak yang bergelut di bidang Bahasa. Terlepas dari itu, masyarakat telah

Manfaat Memahami Perilaku Pengunjung Destinasi PariwisataDefinisi Perilaku Pengunjung Destinasi PariwisataModel Perilaku Pengunjung Destinasi PariwisataPengenalan KebutuhanMencari InformasiEvaluasi alternatif sebelum membeliMembeliKonsumsi di destinasi wisataEvaluasi setelah membeliMengingat dan berbagi Referensi Manfaat Memahami Perilaku Pengunjung Destinasi Pariwisata Perilaku Pengunjung Destinasi Pariwisata – Salah satu prinsip dari pemasaran destinasi pariwisata adalah berorientasi terhadap pasar market oriented, dan yang dimaksud dengan pasar dalam hal ini adalah pelanggan destinasi pariwista. Market Oriented pada dasarnya merupakan suatu pendekatan dalam segala aktivitas pemasaran dengan menyandarkan pada sudut pandang pelanggan. Hal tersebut dilakukan karena pada dasarnya segala aktivitas pemasaran adalah berupaya untuk menyelaraskan antara kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dengan penawaran destinasi, agar tercapai kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Market Oriented dimulai dari usaha memahami apa yang ada dibenak pelanggan. Dan salah satu cara untuk memahami benak pelanggan adalah dengan cara memahami bagaimana mereka bertindak atau berperilaku. Pelanggan destinasi pariwisata pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pelanggan akhir dan pelanggan bisnis atau perantara. Sementara yang akan saya ulas dalam kesempatan ini adalah mengenai perilaku pelanggan akhir, atau yang biasa disebut dengan pengunjung, wisatawan atau pelancong. Definisi perilaku pengunjung destinasi pariwisata adalah tindakan yang dilakukan oleh pengunjung atau wisatawan destinasi yang didasarkan pada keputusannya dalam merespon segala sesuatu yang merangsangnya. Rangsangan pengunjung dalam memutuskan untuk bertindak tersebut dapat dibagi menjadi dua macam yaitu rangsangan dari dalam internal dan dari luar eksternal. Rangsangan dari dalam biasanya disebabkan oleh faktor personal pengunjung sebagai individu seperti cara berfikir, cara berpresepsi, kondisi fisik, kondisi ekonomi, jenis kelamin dll. Sedangkan rangsangan dari luar biasanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti situasional, teman, kerabat, aktivitas pemasaran destinasi pariwisata dll. Model Perilaku Pengunjung Destinasi Pariwisata Model perilaku pengunjung destinasi pariwisata sebenarnya sangat banyak dikemukakan oleh para pakar pemasaran pariwisata dengan berbagai pendekatan. Namun yang akan saya jelaskan kali ini adalah pendekatan dalam memahami perilaku pengunjung destinasi pariwisata dari sudut pandang perilaku pengunjung dalam melakukan pembelian purchase behavior. Menurut Morrison 2010 dalam Morrison 2013 terdapat tujuh tahapan perilaku pengunjung destinasi pariwisata dalam proses pembeliannya yang tersaji dalam gambar berikut. Model Perilaku Pengunjung Destinasi Pariwisata Sumber Morrison 2013 dalam Hidayah 2021 Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian perjalanan dimulai saat orang merasa membutuhkan untuk melakukan kegiatan wisata. Kebutuhan tersebut biasanya terjadi diakibatkan oleh satu atau lebih rangsangan baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal baca juga faktor internal dan eksternal yang saya uraikan sebelumnya. Morrison 2013 mengungkapkan tiga jenis rangsangan utama yang dapat memicu seseorang merasa membutuhkan kegiatan wisata. Rangsangan tersebut yaitu dari sisi personal, interpersonal dan komersial. Komersial rangsangan ini dikarenakan oleh aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh pengelola destinasi pariwisata. Aktivitas komunikasi pemasaran pariwisata atau promosi pariwisata menjadi faktor utama dalam mempengaruhi calon wisatawan untuk mengenali kebutuhannya dalam berwisata. Oleh karena itu, komunikasi pemasaran pariwisata ini lebih baik terfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan daripada hanya bertujuan untuk mengekspos fitur-fitur dari destinasi semata. Interpersonal Selama bertahun-tahun, telah dikenali bahwa informasi dari mulut ke mulut word-of-mouth lebih kuat dalam mempengaruhi pengunjung daripada informasi dari sisi komersial. Dari banyak penelitian dan studi terlihat bahwa informasi dan rekomendasi interpersonal sangat diandalkan dalam dunia pariwisata. Sumber-sumber interpersonal yang dapat mempengaruhi seseorang mengenali kebutuhan dalam berwisata meliputi anggota keluarga, teman, rekan bisnis, influencer, key opinion leader KOL, opini dari pemimpin dll. Personal Faktor personal merupakan faktor internal dari diri seseorang yang dapat mempengaruhi kebutuhannya dalam berwisata. Faktor ini biasanya disebut dengan faktor dorongan dari dalam diri calon pengunjung sendiri yang biasanya tercermin dari sisi motivasi. Mencari Informasi Tahap kedua dalam proses pembelian perjalanan adalah pencarian informasi secara aktif. Setelah seseorang menjadi sadar akan kebutuhan untuk berwisata, mereka cenderung mulai mencari informasi mengenai destinasi wisata, produk dan layanan yang mereka rasa akan memuaskan kebutuhannya tersebut. Ketika seseorang mengenali kebutuhan, maka mereka cenderung akan menginginkannya, Jika sudah merasa ingin, selanjutnya biasanya mulai mencari informasi. Menurut Morrison 2013 terdapat tiga sumber informasi utama yang tersedia bagi calon pengunjung yaitu Informasi yang didominasi oleh destinasi yang termasuk kedalam jenis sumber informasi ini yaitu aktivitas pemasaran dari pengelola destinasi pariwisata dan para pemangku kepentingan pariwisata yang terdapat di destinasi tersebut. Website, Internet of Things IoT, dan sosial media sekarang menjadi sumber utama sebagai sumber informasi mengenai destinasi wisata. Selain itu ada juga elemen lain dari kampanye komunikasi pemasaran dari pengelola destinasi yang konvensional seperti periklanan, penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, promosi penjualan, merchandising, digital marketing/internet marketing, dll. Informasi interpersonal dan pihak ketiga Sumber interpersonal disini meliputi keluarga, teman, rekan bisnis dan pemimpin opini; mereka adalah sumber informasi dari mulut ke mulut. Sumber informasi yang lain dalam kategori ini yaitu penilaian independen dari pihak ketiga, yang biasanya terkumpul dari buku panduan perjalanan travel guide books atau majalah pariwisata seperti Lonely Planet, Rough Guides, Frommer’s, Fodor’s, National Geography Traveler, Majalah Travelounge dan lain-lain. Sistem penilaian pemerintah dan lembaga-lembaga independen juga tersedia dalam membantu calon pengunjung dalam membuat keputusan. Situs ulasan pelaku wisata seperti berbagai blog perjalanan atau wisata juga termasuk dalam kategori informasi ini. Sumber internal sumber informasi ini terdapat dalam ingatan atau memori seseorang mengenai destinasi pariwisata. Yang termasuk dalam kategori ini yaitu pengalaman kegiatan wisata masa lalu, ingatan mengenai promosi dari destinasi pariwisata, dan persepsi seseorang mengenai citra destinasi tertentu. Evaluasi alternatif sebelum membeli Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, selanjutnya calon pengunjung mengevaluasi alternatif-alternatif atau pilihan dari informasi yang masuk benaknya. Tahap ini memperlihatkan bagaimana keputusan seseorang dapat dipengaruhi oleh pikiran dan atau perasaannya. Ada yang memutuskan untuk membeli karena pikiran secara rasional kriteria objektif dan ada pula yang membeli karena perasaan secara emosional kriteria subjektif. Yang termasuk kedalam kriteria obyektif seperti harga tiket pesawat, harga produk di destinasi, harga aktivitas-aktivitas dan pengalaman, harga hotel dan harga-harga lainnya, lokasi tujuan, dan lain sebagainnya. Sedangkan yang termasuk kedalam kriteria subyektif yaitu segala sesuatu yang irasional seperti karena rasa sayang atau cinta, karena sesuatu yang membanggakan atau banyak juga karena ingin menyombongkan diri dan lain sebagainnya. Membeli Maksud membeli disini adalah memutuskan untuk datang ke suatu destinasi pariwisata. Seseorang memutuskan untuk datang karena disebabkan oleh tekad atau niat intention untuk memesan perjalanan atau datang langsung tanpa terencana. Namun kadangkala niat tersebut masih belum bulat dan masih dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti membicarakan terlebih dahulu dengan anggota keluarga, teman atau sumber interpersonal lainnya. Jaringan sosial media mungkin diperiksa lagi untuk mengkonfirmasi pilihan yang telah dibuat untuk meyakinkan. Hal tersebut dapat menyebabkan penundaan pengambilan keputusan secara lengkap. Selain itu, faktor situasional dapat berubah, seperti situasi pekerjaan atau keuangan, yang menyebabkan penundaan keputusan pembelian. Keputusan dalam memilih destinasi pariwisata sebenarnya bukanlah satu-satunya keputusan yang harus dibuat. Sebenarnya, terdapat banyak sub-keputusan lain yang harus diambil sebelum keputusan akhir dilakukan, seperti kapan harus berangkat, bagaimana cara membayar, bagaimana dan kemana harus melakukan pemesanan, berapa lama tinggal, berapa banyak uang yang harus dibawa, bagaimana sampai kesana, rute apa yang harus ditempuh, apa yang harus dilakukan di destinasi, memakai jasa biro perjalanan atau tidak dan lain sebagainnya. Jika pembuat keputusan tidak sendirian, maka keputusan ini bisa menjadi lebih kompleks karena melibatkan beberapa orang yang berbeda, misalnya dalam keluarga, ada orang tua dan anak-anak, dalam grup ada pimpinan dan anggota, dan lain sebagainnya. Konsumsi di destinasi wisata Tahapan ini merupakan proses konsumsi yang dilakukan oleh pengunjung terhadap produk wisata di destinasi. Perlu diketahui bahwa karakteristik produk destinasi pariwisata termasuk kedalam kategori produk jasa, sehingga kualitas produk hanya bisa dirasakan pada saat proses interaksi/kontak dilakukan oleh pengunjung dengan segala komponen yang ada di destinasi pariwisata. Segala proses interaksi mulai dari datang hingga kembali ke tempat tinggal menghasilkan pengalaman-pengalaman yang parsial dan keseluruhan. Pengalaman parsial di setiap momen interaksi biasa disebut dengan Moment of Truth MoT dan pengalaman total secara keseluruhan biasa disebut dengan Service Encounter. Contoh momen interaksi yang menghasilkan suatu pengalaman parsial yaitu pada saat di bandara, di hotel, di daya tarik wisata atau atraksi wisata, di rumah makan dan lain-lain, dan total pengalaman adalah akumulasi pengalaman dari setiap momen-momen tersebut. Dalam setiap momen interaksi, pengunjung memiliki harapan ekspektasi tertentu yang harus dipuaskan oleh destinasi pariwisata. Tetapi hal tersebut dirasa sulit dilakukan oleh pengelola destinasi, karena mereka tidak dapat mengendalikan produk yang dikonsumsi oleh pengunjung secara langsung. Karena yang menyediakan produk sebanarnya adalah industri, baik yang dikelola oleh swasta maupun publik, sehingga pengelola destinasi lebih bersifat memimpin dan mengkoordinasikan terhadap penjaminan mutu atau kualitas produk secara keseluruhan. Evaluasi setelah membeli Setelah melakukan konsumsi di destinasi pariwisata, pengunjung biasanya akan melakukan evaluasi terhadap apa yang dialami oleh mereka pada saat di destinasi. Proses evaluasi tersebut biasanya dilakukan pada saat dalam perjalanan pulang atau setelah mereka kembali ke tempat tinggalnya. Biasanya mereka akan membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan apa yang mereka harapkan sebelumnya. Jika harapan mereka terpenuhi atau terlampaui, kemungkinan besar mereka akan puas dengan destinasi, dan sebaliknya jika harapannya tidak terpenuhi mereka cenderung tidak puas. Perlu digaris bawahi bahwa banyak penelitian yang memperlihatkan pengunjung yang puas mereka akan cenderung kembali lagi dan sebaliknya pengunjung yang tidak puas biasanya tidak mau untuk datang kembali. Mengingat dan berbagi Berdasarkan banyak blog perjalanan dan foto liburan yang diposkan di jejaring media sosial, terlihat bahwa banyak orang yang suka mengingat dan berbagi pengalaman perjalanan mereka di destinasi. Untuk itu, pengelola destinasi pariwisata dan para pemangku kepentingan atau stakeholder harus melakukan semua yang mereka bisa untuk mendorong pengunjung dalam mengenang dan memberi tahu orang lain tentang pengalaman perjalanan mereka. Salah satunya adalah dengan menyediakan komunitas online di website atau di jejaring sosial agar tercipta banyak testimoni yang dapat mempengaruhi orang lain untuk datang ke destinasi, tetapi dengan syarat destinasi harus dapat memuaskan mereka, karena kalau tidak dapat memuaskan, maka malah testimoni negatif yang akan didapat. Wallahu A’lam Bishawab. Referensi Hidayah, Nurdin 2021. Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital Targeting, Positioning, Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing. Jakarta Kreasi Cendekia Pustaka Morrison, Alastair M. 2013. Marketing and Managing Tourism Destinations. New York Routledge

Dalambidang ekonomi meliputi pendapatan wisata yang dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisata setiap bulannya. Kemudian penghasilan tiap bulan yang didapat oleh masyarakat, pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh

Dataprimer adalah data yang didapat pertama kali dari individu atau perorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner (Umar, 2002: 130). Data yang diperoleh ini berasal dari pengunjung atau wisatawan yang sedang dan pernah berkunjung ke obyek wisata pantai Glagah Indah Yogyakarta. .

Kunjungan kep erusahaan ini bertujuan unt u k memberikan informasi atau pengetahuan baru kepada siswa mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dilapangan terkait dengan kegiatan perekonomian khususnya di bidang produksi agar siswa tidak hanya memahami informasi dari sumber buku saja, akan tetapi dapat membandingkannya dengan kejadian iqnni.
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/372
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/372
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/294
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/4
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/376
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/40
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/100
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/151
  • 0fb1onvqq3.pages.dev/1
  • apa yang didapat pengunjung dari bidang pariwisata